Selasa, 17 November 2009

Tahapan Perkembangan Otak Anak

Gembira rasanya bisa mempertemukan dua tokoh Pendidikan Anak masa kini (bu Melly dan pak Munif), Beliau berdua pun saling bertukar buku.. Semoga dua kekuatan ini bisa saling bersinergi dan menghasilkan masa depan yang lebih baik untuk pendidikan anak bangsa. Amiin.

Materi dibuka dengan penjelasan singkat pentingnya memahami siklus kompetensi dan pertumbuhan otak anak. Untuk menunjang optimalnya perkembangan kemampuan anak orang tua pun perlu memahami konsep Multiple Intelegence. Menurut Pak Munif jika ingin otak anak berkembang secara optimal maka orangtua perlu berhenti rungsing jika anak pulang ke rumah dengan nilai tes yang rendah. Jangan kuatir dengan nilai akhir anak, demi modal mencari sekolah terbaik.

Karena Sekolahnya Manusia sejatinya tidak lagi mengukur aspek kecerdasan anak hanya dari nilai tes. Karena sekolah unggulan bukanlah sekolah yang menerima murid melalui tes masuk. Sekolah baru bisa dikatakan hebat dan unggul bila mampu memintarkan siswa yang bodoh dan memperbaiki pembangunan karakter siswa yang dicap nakal. Bahkan ada sekolah yang luar biasa hebat, yaitu yang mampu mendidik anak-anak dengan keterbatasan dan hambatan perkembangan, atau sering kita sebut berkebutuhan khusus. Menjadi manusia yang punya jati diri dan masa depan. Semoga Sekolah Luar Biasa segera dihapuskan dari dunia pendidikan tanah air… Selamat datang sekolah inklusi..

Pada dasarnya setiap bayi yang lahir ke dunia adalah bibit juara , meskipun kemudian saat tumbuh kembang, mengalami kondisi pengasuhan yang tidak ideal, atau mengalami kegagalan tumbuh kembang akibat cacat fisik bawaan . Kita orang tua harus mengangkat setiap penghalang yang memisahkan anak kita dari kesempatan menemukan kekuatan dari kecerdasannya.

Dijelaskan kecerdasan seorang manusia begitu kompleks, sehingga tidak terkait dengan kondisi fisik dan kondisi otak apalagi hasil tes standar. Sebaliknya kecerdasan itu harus berkembang dengan berpijak pada landasan setiap orang punya kemampuan untuk DISCOVERING ABILITY, sehingga saat menemukan RIGHT PLACE orang tersebut akan mampu menebarkan BENEFIT nyata yang berarti pada lingkungannya.

Dari penjelasan di atas perlu rasanya kita mendefinisi ulang tujuan orang tua mendidik anak-anaknya baik di sekolah maupun di rumah, bukan hanya untuk jadi orang pintar yang nilai rapotnya gemilang. Tetapi lebih utama adalah demi menjadikan anak-anak kita manusia yang kreatif dan mampu memecahkan setiap masalah sedini mungkin. Digabung dengan penginstalan Tauhid dan Akhlak dalam agama saat membangun karakter mereka lewat pola asuh di rumah. Maka kita boleh menaruh harapan besar pada gilirannya meraka akan mampu menjadi generasi penerus yang bermanfaat bagi umat dan agamanya.

Pak Munif membagi tahap perkembangan otak anak 0 – 21 tahun menjadi 3 periode penting yang beliau kutip dari Hadits Rasul yang juga diungkap oleh penulis Quantum Learning Bobbi De Porter, sebagai berikut :

- 7 tahun pertama : Biarkan anak bebas bermain tidak boleh ada hukuman, saat umur ini anak adalah RAJA, yang tidak pernah salah.

- 7 tahun kedua : Kenalkan anak pada hal baik dan buruk dalam budi pekerti, buat kesepakatan dengan anak. Beri pujian saat mereka berbuat baik dan beri hukuman , saat mereka bertindak buruk atau diluar kesepakatan. Saat umur ini anak adalah PEMBANTU yang harus belajar menaati peraturan dan melaksanakan ketentuan.

- 7 tahun ketiga : Beri anak kesempatan untuk mencari alternatif dan biarkan mereka memilih yang paling sesuai dengan dirinya. Saat umur ini anak adalah WAZIR / MENTERI yang harus bertanggung jawab terhadap tugas-tugas dan keputusannya.

“Biarkanlah anak-anak kalian BERMAIN dalam 7 tahun pertama, kemudian DIDIK dan BIMBINGLAH mereka dalam 7 tahun kedua sedangkan 7 tahun ketiga jadikanlah mereka bersama kaliam dalam MUSYAWARAH dan MENJALANKAN TUGAS”


Kemudian Pak Munif menyentil kami dengan pertanyaan, “Siapa di antara Ibu dan Bapak yang pernah menghukum anak di 7 tahun petama, dengan kekerasan verbal maupun fisik…??” Sontak satu ruangan heboh, berasa kena tinju telak, termasuk saya.

“Maafkan Bunda yaa Nak.. telah mengurangi jatah bahagiamu di 7 tahun pertama, dengan banyak membentak, memakai intonasi suara sampai 5 oktaf saat nyuruh ini dan itu.” Hiks..hiks.. “ Belum lagi pukulan dam cubitan yang sempat mendarat di tubuh mungilmu. Astaghfirullah…”

Kemudian Pak Munif bilang : Apabila 7 tahun pertama lewat dengan cara yang SALAH maka 7 tahun kedua orang tua akan banyak mengalami HAMBATAN dalam BERKOMUNIKASI dengan anaknya, AKIBATNYA 7 tahun ketiga anak akan RENTAN dan TUMBUH jadi PRIBADI yang KEHILANGAN KEPERCAYAAN dan MORAL.

Untuk menjauhkan orang tua dari kesalahan di masa mendatang maka saat anak menjadi RAJA kecil penting bagi orang tua untuk selalu :

1. Membiarkan mereka bebas bertindak, memberi perintah, bermain dan bersenang-senang..
2. Memberi perhatian dengan santun penuh kasih sayang dan kelembutan dalam tutur kata.
3. Memberi jawaban-jawaban positif untuk semua pertanyaan mereka.
4. Tidak memberikan disiplin yang keras dan kaku
5. Anak terdidik dengan mengambil contoh dari oran tua, keluarga, guru dan lingkungannya.
6. Orang tua harus memastikan kebutuhan anaknya akan kebebasan senantiasa terpenuhi tanpa harus melupakan keamanan dan keselamatan mereka.
7. Menemani anak dengan kuantitas pertemuan yang memadai.

Untuk anak usia di bawah 7 tahun, sebaiknya jangan bicara kualitas, tanpa kuantitas.
Karena ada 4 spesial moment yang mereka butuhkan setiap hari dari keberadaan orang tuanya. Yaitu :

1. Jadilah orang pertama yang dilihat anak kaita saat mereka membuka mata di pagi hari.
2. Penting untuk selalu melepas kepergian mereka ke sekolah
3. Anak juga membutuhkan orang tua ada saat mereka pulang dalam kondisi lelah.
4. Orang tua seharusnya jadi wajah terakhir yang ditatap anaknya sebelum mereka terlelap.

Apakah kita sudah menyambut mereka dengan kata-kata penghiburan yang dapat mengurangi kepenatan tubuh dan pikiran sepulang sekolah. Ataukah kita termasuk orang tua yang hobi mengajukan kalimat standar “Hari ini belajar apa..??” atau bahkan langsung bertanya “Ada PR nggak..??” sebelum mereka sempat duduk dan bersalin pakaian. Sungguh satu ungkapan yang tidak dibutuhkan otak anak kita.

Berikut adalah pendapat pakar tumbuh kembang anak tentang masa Golden Age :

- 99% masalah yang dialami anak Golden Age berasal dari kesalahan orangtua dan gurunya di sekolah formal.
- Rumah dan sekolah seperti penjara yang mengekang kebebasan anak untuk bertindak, beraktivitas dan bermain.

Materi seminar hari ini memang ditekankan untuk memperbaiki polah asuh dan pendidikan anak Golden Age, agar tahapan berikutnya dapat terlewati dengan lebih mulus. Timbul kemudian pertanyaan dari orang tua seperti saya yang sudah bertindak ‘bodoh’ pada anak di tahap ini. Pak Munif menjawab yang intinya sama dengan note tentang menganulir perilaku buruk di masa lalu. Meminta maaf anak dan selalu mengutamakan sikap, perkataan dan contoh yang positif. Jangan kemudian justru memanjakan anak di atas 7 tahun. Tetap lanjut sesuai tahapan berikutnya.
Semoga bermanfaat. Be Positive N Get Smarter Everyday…

Di tulis oleh : Arifah Handayani

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites